Macam-Macam Majas Dan Contohnya, Ada yang Baru!!

4 Desember 2021 1.450x Pendidikan

Beranda » Pendidikan » Macam-Macam Majas Dan Contohnya, Ada yang Baru!!
Macam-Macam Majas Dan Contohnya

Macam-Macam Majas Dan Contohnya

Teringan saat kita belajar pelajaran Bhs Indonesia di masa sekolah, materi mengenai majas menjadi kajian utama, bagi yang menyukai sastra pasti senang dengan pelajaran yang satu ini. Mari sedikit kita nostalgia dengan Macam-Macam Majas Dan Contohnya.

Pengertian Majas

Menurut wikipedia Majas atau gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.

Majas digunakan dalam penulisan karya sastra, termasuk di dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan lebih banyak majas dibandingkan dengan prosa. Majas adalah bahasa kiasan yang dapat menghidupkan sebuah karya sastra dan menimbulkan konotasi tertentu. Penggunaan majas yang tepat akan membantu pembaca untuk memahami makna dalam sebuah karya sastra.

Majas menurut Kamus Besar Bhs Indonesia (KBBI) majas/ma·jas/ adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain; kiasan.

Macam-Macam Majas Dan Contohnya

– Majas Perbandingan

Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.

Contoh: 

  • Cinta itu seperti menggenggam pasir. Bila tidak digenggam akan hilang, namun jika digenggam terlalu erat akan terdesak keluar melalui celah jari.
  • Perjalanan hidup itu seperti sungai yang mengalir, akan selalu ada rintangan seperti gelombang, arus kencang hingga bebatuan di sungai

Alusio: Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah terjadi sebelumnya.

Contoh:

  • Semenjak ibunya meninggal Ratih merasa ia adalah Bawang Putih, padahal ibu Tirinya sangat baik sekali.
  • Turuti apa kata Ibumu nak, jangan sampai kamu khilaf seperti Malin Kundang.

Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.

Contoh:

  • Seperti air di daun talas.
  • Wajahnya bagaikan bulan kesiangan.

Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.

Contoh:

  • Langit pucat tanda akan hujan
  • Tak ada yang ingin berurusan dengan meja hijau

Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.

Contoh:

  • Dia menunggu di mulut gua itu. Mulut adalah bagian tubuh manusia, tetapi digunakan sebagai bagian dari gua.
  • Kancil itu pandai. Pandai adalah atribut/sifat manusia, tetapi digunakan sebagai atribut/sifat kancil.

Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.

Contoh:

  • Betapa sedap memandang gadis cantik yang selesai berdandan. Suaranya terang sekali. Rupanya manis. Namanya harum.

Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.

Contoh:

  • Bapak pergi ke kantor mengendarai Honda. Arti majas: Kata Honda yang dimaksud dalam kalimat di atas adalah sepeda motor.
  • Kakak baru membeli Aqua dingin. Arti majas: Kata Aqua yang dimaksud dalam kalimat di atas adalah air mineral atau air minum.

Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.

Contoh:

  • Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian terkesima.

Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.

Contoh:

  • Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.

Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.

Contoh:

  • Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.

Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.

Contoh:

  • Embusan angin di tepi pantai membelai rambutku.

Depersonifikasi: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu bukan manusia.

Contoh:

  • Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.

Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.

Contoh:

  • Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.

Totem pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.

Contoh:

  • Indonesia bertanding voli melawan Thailand.

Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.

Contoh:

  • Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?

Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.

Contoh:

  • Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)

Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.

Contoh:

  • Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.

Eponim: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin diungkapkan.

Contoh:

  • Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.

Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

Contoh:

  • Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.

Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.

Contoh:

  • Andi adalah anak emas dibandingkan saudaranya yang lain karena orang tuanya sangat membanggakan dan selalu membicarakan kehebatan anaknya.
  • Sebelum janur kuning melengkung, aku masih berharap dan menunggu agar kau kembali padaku.

Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.

Contoh:

  • Malin Kundang dikutuk menjadi batu karena tidak mengakui keberadaan Ibu kandungnya yang berpakaian lusuh dan compang-camping di hadapan istrinya. Maknanya: Majas yang terkandung dalam certia Malin Kundang ini mengandung makna bahwa seorang anak mesti tetap mengakui keberadaan Ibunya, betapa pun kondisi Ibunya tersebut.

Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.

Contoh:

  • Rina sempat menjadi relawan ketika bencana tsunami melanda kota gudeg.
  • Mbak Mirna membawa buah tangan dari kota serambi mekah.

Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.

Contoh:

  • Pada musim gugur daun kering itu mulai berjatuhan menumpuk di jalanan.
  • Orang tidak menyukai si rambut keriting karena perilakunya yang suka jahil pada teman-temannya.

Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.

  • Mas Jaka bakso tidak berjualan karena sedang sakit.
  • Mardi Tato sudah insaf, ia kini menjadi ustad.

– Majas Sindiran

Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.

Contoh:

  • Suaramu merdu seperti kaset kusut.

Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.

Contoh:

  • Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak udang, isi kepalamu!

Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).

Contoh:

  • Kamu kan sudah pintar? Mengapa harus bertanya kepadaku?

Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dan lain-lain.

Contoh:

  • Netizen itu reporter yang andal, peristiwa yang sebenarnya tidak pernah terjadi saja dapat menjadi berita.
  • Nyaman sekali makan di sini, sampai tikus dan kecoa saja ikut bergabung dengan kita.

Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

Contoh:

  • Saya tidak pandai, hanya sedikit lebih bekerja keras dari yang lain saja.
  • Konon katanya Pak Tommy berhasil memasuki instansi tersebut hanya dengan sedikit uang pelicin saja.

– Majas Penegasan

Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.

Contoh:

  • Aku tidak sampai hati harus mengatakan banyak teman sekelas yang tidak menyukaimu.
  • Aku ingin sekali selalu bersamamu selamanya. namun kamu malah selingkuh, maka lebih baik kita berpisah mulai sekarang.

Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.

Contoh:

  • Saya naik tangga ke atas.

Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.

Contoh:

  • Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.

Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.

Contoh:

  • Dadaku bergetar-getir mendengar suara petir.
  • Gudang-gudang gedung berwarna gading.

Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.

Contoh:

  • Dengar daku. Dadaku disapu.

Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.

Contoh:

  • Dengan atau tanpa make up, aktris korea Song Jihyo sangat cantik.
  • Senantiasa terus beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam keadaan sehat maupun sakit.

Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.

Contoh:

  • Aku berjanji akan selalu disampingmu dalam suka dan duka, dalam tawa dan tangis, dalam bahagia dan nestapa.
  • Seberapa lama lagi kau minta aku untuk menunggu, menanti, setia berharap kau kembali.

Sigmatisme: Pengulangan bunyi “s” untuk efek tertentu.

Contoh:

  • Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)

Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.

Contoh:

  • Dalam rangka memperingati HUT RIyang ke-27, warga sekitar berinisiatif membuat rangka beton yang akan dibuat jembatan yang menghubungkan dengan desa seberang.
  • Kegiatan petani yang menuai padi unggul kualitas baru itu menuai kecaman dari pihak lain.

Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.

Contoh:

  • Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke TPS untuk memenuhi hak suara mereka.

Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.

Contoh:

  • Dari Pemerintah hingga rakyat jelata harus saling bahu membahu dalam melestarikan lingkungan.
  • Salah satu keunggulan film ini adalah pemainnya terdiri dari artis senior sampai artis pendatang baru.

Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.

Contoh:

  • Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.

Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.

Contoh:

  • Apalagi yang dapat kita kerjakan kecuali hanya memohon pertolongan Tuhan?
  • Berapa banyak lagi korban yang harus berjatuhan hingga perang usai?

Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.

Contoh:

  • Tetangga dekat rumahku baru saja dari Jepang minggu lalu (unsur predikat dihilangkan).
  • Pemenang olimpiade fisika nasional kemarin itu teman kecilku (unsur subjek dihilangkan).
  • Aku dan Ayah ke sekolah saat pembagian rapot semester genap (unsur predikat dihilangkan).

Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.

Contoh:

  • Jika Anda perhatikan bahwa lebih baik memakai kemeja biru, maaf, sepertinya kemeja hitam lebih baik untuk Anda.
  • Bagaimana kalau ke Bandung menggunakan bus, nampaknya naik kereta akan lebih cepat untuk sampai ke Bandung.

Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.

Contoh:

  • Semua maju kedepan kelas kecuali budi kecuali ardi kecuali tutus.
  • Tolong bantu kerjakan tugas di buku ini hanya halaman tiga hanya halaman empat hanya halaman enam.

Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.

Contoh:

  • Tolong kerjakan soal bahasa inggris pada halaman enam, tujuh , depalan!
  • Dia itu orang kaya yang kikir, sombong, pelit.

Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.

Contoh:

  • Aku sangat menyukai cake coklat yang bertabur kopi yang dibuat ibu.
  • Aneka makanan yang di jajakan di atas lemari kaca itu sangat menggoda selera.

Eksklamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.

Contoh:

  • Lho, kok hasil ujianku begini padahal sudah belajar semalaman!
  • Anjay! kau jago sekali ya maen game onlinenya!

Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.

Contoh:

  • Wah, tidak kusangka, engkau bisa menjadi juara olimpiade.
  • Amboi, bahagianya, punya istri cantik, baik hati, lagi setia!

Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.

Contoh:

  • Bicaranya jangan keras-keras, nanti terdengar oleh orang lain.
  • Berembunyilah di balik semak-semak, agar pengintaianmu tidak ketahuan.

Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.

Contoh:

  • Tidak ada masalah yang tidak mempunyai jalan keluar, Bang. Semua pasti ada solusinya.
  • Nek, apakah ini piring antik pemberian Eyang dulu?

Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.

Contoh:

  • Susah benar berurusan dengan si kepala batu.
  • Nila suka dia karena terkenal rendah hati.

Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.

Contoh:

  • Telah berlalu seseorang yang dicintainya dan kesedihan.
  • Aku menatapnya dengan mataku dan sekujur tubuhku.

Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

Contoh:

  • Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.

– Majas Pertentangan

Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.

Contoh:

  • Jangan melihat usia tuanya karena antusiasmenya tidak kalah dengan yang muda.
  • Kemajuan teknologi saat ini telah mengakibatkan penurunan nilai moral dan sosial masyarakat.

Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa.

Contoh:

  • Hal yang tetap dalam dunia ini adalah perubahan.

Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.

Contoh:

  • Di akhirat nanti miskin kaya tidak ada beda, yang membedakan adalah amal perbuatan
  • Kepada bapak ibu yang kami hormati dimohon untuk menempati bangku yang telah disediakan

Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.

Contoh:

  • Tak ada wanita didunia ini yang kucintai , kecuali dirimu seorang.
  • Lowongan kerja itu diperuntukkan bagi siapa saja termasuk bagi yang baru lulus, kecuali yang sudah menikah.

Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.

Contoh:

  • Raja Hayam wuruk membeli semua keperluan istananya di mal. (kala itu belum ada mal)
  • Para tentara kerajaan Singasari ketika sedang dalam kondisi berperang seringkali mencuri kesempatan untuk menelpon istrinya di rumah. (pada saat itu belum ada telephone)

Demikian Macam-Macam Majas Dan Contohnya. Sekian.

 

Baca juga :

 

# Bagikan informasi ini kepada teman atau kerabat Anda

Belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi.

Komentar Anda Nama Anda Email Anda Website Anda

Kontak Kami

Apabila ada yang ditanyakan, silahkan hubungi kami melalui kontak di bawah ini.