Sekilas Sejarah Transmigrasi Pertama Di Lampung

8 Juni 2024 189x Sejarah

Beranda » Sejarah » Sekilas Sejarah Transmigrasi Pertama Di Lampung

foto : Putra generasi pertama kolonis asal Bagelen, Purworejo, Tengah. Ketika di Lampung mereka tinggal di desa yang diberi nama Bagelen. (Dok Tropen Museum).

Berikut adalah ulasan Sekilas Sejarah Transmigrasi Pertama Di Lampung. Semoga bermanfaar bagi Anda yang ingin mengetahui sejarah pertransmigrasian di daerah Lampung.

Desa Bagelen

Bagelen adalah sebuah nama desa yang dipercayai masyarakat kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sebagai cikal bakal daeral asal-usul masyarakat Purworejo. Nama daerah yang berjarak sekitar 50 km sebelah utara kota Yogyakarta itu sejak tahun 1900-an tak hanya dikenal di Pulau Jawa, tetapi juga di Provinsi Lampung.

Itu karena pada tahun 1901 pemerintah Belanda memindahkan 155 kepala keluarga dari Desa Bagelen ke sebuah hutan belantara di Lampung melalui program perluasan areal pertanian (kolonisasi). Orang-orang dari Pulau Jawa diangkut ke Lampung untuk membuka areal pertanian untuk kepentingan Belanda.

Warga Bagelen yang dipindahkan ke Lampung juga menamai kampung barunya dengan nama Bagelen. Kolonisasi warga Bagelen itu merupakan program pertama yang dijalankan pemerintah Belanda di Indonesia.

Rombongan kolonis dari Jawa diangkut menggunakan kapal laut. Setelah sampai di pelabuhan Panjang, selanjutnya para kolonis itu berjalan kaki sejauh lebih dari 70 km menuju Gedongtataan, Lampung Selatan (sebelah utara Bandarlampung) selama 3 hari. Barang-barang bawaan dari Jawa dipikul. Kini Gedongtaan masuk Kabupaten Pesawaran.

Setelah ratusan kepala keluarga dari Bagelen diangkut ke Lampung, gelombang pemindahan penduduk dari Pulau Jawa pun terus berlanjut. Gelombang pertama tahun 1905 hingga 1911. Gelombang kedua tahun 1911 hingga tahun 1939. Selanjutnya gelombang ketiga terjadi ketika Indonesia sudah merdeka. Setelah merdeka, program perpindahan penduduk dari Jawa ke Lampung itu pun dilanjutkan. Namanya bukan kolonisasi, tetapi transmigrasi.

Priode Transmigrasi

Penyelenggara transmigrasi awal itu juga beraneka rupa mulai dari Polri dan TNI, Dinas Sosial dengan program Trans Tuna Karya dan Trans Bencana Alam serta Trans Pramuka. Yang ikut dipindahkan pun bukan hanya orang-orang sipil, tetapi juga pensiunan tentara Indonesia (TNI). Itulah sebabnya sekarang di Lampung Selatan terdapat perkampungan yang sebagian besar penduduknya bekas anggota TNI.

Pada periode tahun 1950-1969 perpindahan penduduk ke Lampung mencapai 53.263 keluarga atau sebanyak 221.035 jiwa. Memasuki era Pembangunan Lima Tahun (Pelita), Lampung mendapat lagi tambahan penduduk sebanyak 22.362 kepala keluarga asal Jawa, Madura, dan Bali.

Gencarnya perpindahan penduduk itu berdampak pada terjadinya ledakan penduduk. Kalau pada tahun 1905 penduduk Lampung kurang dari 150 ribu dan didominasi suku asli Lampung, kini orang Jawa di Lampung mencapai sekitar 60 persen dari total penduduk Lampung sebanyak 7 juta jiwa.

Sama seperti para kolonis yang dibawa Belanda ke Lampung, para transmigran asal Jawa yang ditempatkan di Lampung pun mendapatkan aneka perbekalan dari pemerintah. Selain bahan makanan seperti beras, jagung, minyak, mereka juga mendapatkan rumah-rumah bedeng beratap seng atau asbes dan perabot rumah tangga seperti cangkul, sabit, sekop, piring, mangkuk, meja, dan kursi.

Program yang merupakan bagian dari politik balas budi Belanda itu, sebenarnya diarahkan untuk mendukung upaya Belanda mengelola tanah perkebunan di Lampung. Bukan hanya orang-orang Bagelen dipindahkan ke Lampung, tetapi juga orang-orang dari berbagai daerah lain di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Bali.

Para transmigran awal itu ditempatkan di kawasan Gedongtataan (sekarang masuk Kabupaten Pesawaran, Gadingrejo (Kabupeten Pringsewu), Wonosobo (sekarang masuk Kabupaten Tanggamus), Metro, Lampung Tengah, Batanghari (Lampung Timur) dan Kabupaten Tulangbawang.

Baca juga : Harga Kanstin Beton Pringsewu

Tak hanya barang-barang yang mereka bawa dari Jawa Pulau Jawa. Para kolonis itu juga membawa nama desa dan kebudayaan mereka di tanah yang baru. Maka, sambil membuka hutan menjadi areal pertanian, para kolonis itu juga membangun desa-desa dan melanjutkan tradisi budayanya.

Bola Besi Raksasa di Museum Transmigrasian

Desa Bagelen, kec. Gedong Tataan, Kab. Pesawaran - Lampung.

Desa Bagelen, kec. Gedong Tataan, Kab. Pesawaran – Lampung.

Bola besi raksasa tersebut dahulu digunakan untuk merobohkan pohon pohon besar, untuk membersihkan lahan transmigrasi. Ketika dipakai bola besi tersebut diisi air agar semakin berat.

Provinsi Lampung merupakan cikal bakal daerah penempatan transmigrasi pertama di Indonesia. Transmigrasi berlangsung pertama kali pd tahun 1905 saat pemerintahan Hindia belanda melakukan perpindahan warga dari desa Bagelen Jawa Tengah ke provinsi Lampung. Ke daerah gedong tataan. Sebanyak 155 KK yg lebih di kenal sebagai kolonisasi.

Sayangnya museum ini belum banyak yang tahu. Semoga museum ini lebih tertata lagi dengan baik dan koleksi yang semakin langkap. Sehingga orang menjadi lebih tertarik untuk mengunjungi museum ini. Museum transmigrasi ini merupakan museum satu satunya di Indonesia.

Sumber : FB. Ritian Doan Darena

 

Baca juga :

 

# Bagikan informasi ini kepada teman atau kerabat Anda

Belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi.

Komentar Anda Nama Anda Email Anda Website Anda

Kontak Kami

Apabila ada yang ditanyakan, silahkan hubungi kami melalui kontak di bawah ini.