Sejarah Singkat KH. Ghalib, Ulama Karismatik Asal Pringsewu

30 Januari 2022 1.558x Profile, Sejarah

Beranda » Profile » Sejarah Singkat KH. Ghalib, Ulama Karismatik Asal Pringsewu
Sejarah Singkat KH. Ghalib

KH. Ghalib

KH. Ghalib dilahirkan pada tahun 1899 di Kampung Mojosantren, Krian Jawa Timur. Ayah beliau bernama K. Rohani Bin Nursihan dan Ibunya bernama Muksiti. Berikut sekilas Sejarah Singkat KH. Ghalib.

Masa Kecil

Sejak kecil beliau telah ditinggalkan ayahnya entah kemana, tidak ada keluarga yang mengetahui. Beliau bertemu ayahnya saat hendak dikhitan, ketika itu ayahnya datang dan memberi uang seringgit, setelah itu beliau pergi lagi.

Sejak saat itu K.H. Ghalib hingga wafat tidak pernah bertemu lagi dengan ayah kandungnya. K.H. Ghalib walaupun sejak kecil tidak memperoleh pendidikan dari ayah kandungnya, ia banyak belajar ilmu agama dari guru-gurunya. Sejak umur 7 (tujuh) tahun K.H. Ghalib diserahkan oleh ibunya kepada Kyai Ali di kampungnya untuk belajar ilmu agama bersama KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Khalil.

Masa Remaja

KH. Ghalib sejak remaja dikenal sebagai pemuda yang senang mengembara guna menuntut agama islam, ia tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu yang berhubungan dengan masalah ubudiyah saja, tetapi juga ilmu hikmah pun dipelajarinya. Ia belajar dari pesantren ke pesantren lainnya, dari satu guru ke guru lainnya. Kebiasaan beliau ini tetap dilakukan hingga dewasa guna mengamalkan ilmu yang dipelajarinya terutama untuk mengembangkan Syiar Agama Islam.

Keluarga

KH. Ghalib adalah seorang yang gagah, tangkas, kulit hitam manis, bermisai yang meruncing diatas bibirnya, penglihatannya tajam dan tampan. KH. Ghalib menikah dengan seorang wanita bernama Sya’iyah, sampai akhir hayatnya beliau tidak mempunyai keturunan. Akan tetapi beliau memiliki 3 (tiga) orang anak angkat, yaitu Jamzali, Siti Romlah dan Rubai’yah.

Hijrah

Sebelum beliau datang ke Lampung beliau telah menunaikan Ibadah Haji ke tanah suci Mekkah pada tahun 1927 dari Singapura. KH. Ghalib datang ke Lampung sekitar tahun 1927 dan berusia ± 28 tahun. Kedatangan beliau ke Lampung setelah mendapat cerita dari seorang sahabat bernama M. Anwar Sanprawiro pada saat berada di Singapura, tertarik dengan cerita tentang Lampung beliau kemudian bermusyawarah dengan isteri (Mbah Saiyah) dan bersama-sama Sanprawiro menuju Lampung. Sampai di Lampung beliau menumpang di rumah M. Anwar Sanprawiro di Pagelaran.

masjid pertama di Pringsewu

masjid pertama di Pringsewu

Selanjutnya beliau membeli tanah di Desa Fajarisuk Kecamatan Pringsewu. Keberadaannya diusik oleh Belanda, KH. Ghalib pindah ke sebelah timur dari Fajarisuk yaitu di Desa Bambu Seribu yang sekarang dikenal dengan nama Pringsewu. Beliau membeli sebidang tanah disebelah utara pasar Pringsewu, diatas tanah inilah beliau membangun rumah, masjid pada tahun 1928 yang merupakan masjid pertama di Pringsewu.

Keberadaan masjid membuat penduduk di sekitar merasa senang karena dapat melakukan shalat berjamaah dan mengaji Al-Qur’an pada setiap malam.

(sumber : Naskah Sumber Arsip Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Pringsewu/KH. Ghalib Pendiri Pondok Pesantren Bambu Seribu)

Jihad

Semetara itu, dikutip dari buku Untaian Bunga Rampai Perjuangan di Lampung, KH Ghalib membangun pesantren itu adalah bukan hanya untuk mencetak para santri yang pandai dalam bidang keagamaan. Para santri juga diajarkan pendidikan formal berupa madrasah yang saat itu berjumlah lebih kurang 100 orang. Madrasah ini menempati tiga lokal dengan bangunan yang sangat sederhana, beralantaikan tanah dan berdinding gribik. Perkembangan pesantren ini kemudian diusik oleh kolonial Belanda karena dianggap sebagai sebuah ancaman.

Kegiatan KH Ghalib dan pesantrennya pun selalu diawasi oleh pasukan Belanda sampai masa penjajahan Jepang di Indonesia. Jepang pun pernah menangkap dan menahan Kiai Ghalib selama 15 hari meski akhirnya dibebaskan. Perjuangan KH Ghalib dalam mengangkat senjata terjadi pada masa agresi militer Belanda kedua yaitu saat KH Gholib terlibat langsung dalam pertempuran melawan Belanda di daerah Gedongtataan.

Wafat

Dengan memimpin laskar Hizbullah, ia bersama tentara Indonesia berhasil merebut kembali Karesidenan Gedongtataan dari tangan Belanda. Kiai Ghalib wafat pada malam Kamis Legi, 6 November 1949, bertepatan dengan 16 Syawal 1968 H. Berkat jasa-jasanya, pada tahun 1992 KH Gholib mendapat penghargaan dari Pemerintah Provinsi Lampung sebagai Pahlawan Lampung.

 

Baca juga :

 

# Bagikan informasi ini kepada teman atau kerabat Anda

Belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi.

Komentar Anda Nama Anda Email Anda Website Anda

Kontak Kami

Apabila ada yang ditanyakan, silahkan hubungi kami melalui kontak di bawah ini.